


Robert  Poll adalah "penjaga" pertama Museum Ashomolean  dan profesor  kimia di  Oxford. Ia menggambarkan, bentuknya bukan hanya  lingkaran,  melainkan  area yang rata "terdiri tiga bagian dari lingkaran,  lainnya adalah  setengah lingkaran, beberapa lagi kuadran."
Bentuk-bentuk   itu ditemukan di lahan yang subur dan di padang terbuka.  Bukan hanya   satu, kadang-kadang bahkan dua dan tiga lingkaran.
Lantas, pada Juli 1880 terbit sebuah jurnal ilmiah prestisius, Nature, yang memuat surat dari seorang spectroscopist bernama J Rand Capron. Ia menggambarkan temuannya soal formasi unik di Inggris bagian selatan.
"Membentuk   spot bundar dengan beberapa tangkai yang berdiri sebagai pusatnya,   beberapa tangkai ambruk dengan bagian kepala tertata apik membentuk   lingkaran di sekitar pusat, dan di luarnya adalah lingkaran tangkai yang   utuh."
Capron menduga bentuk itu akibat "angin topan". Ia juga menyeratakan sketsa lingkaran itu, tetapi tidak dimuat oleh Nature.
Setelah   itu, lebih banyak lagi catatan tentang munculnya bentuk-bentuk   misterius tersebut dengan pola yang berbeda-beda dan bahkan sangat   menakjubkan.
Di  Inggris, ia sering kali muncul di dekat  situs-situs kuno, seperti  Stonehenge yang terkenal karena bebatuan  raksasa tersusun teratur dan  mengesankan betapa manusia kuno sudah  mempunyai teknologi canggih untuk  membangunnya.
Namun, crop circles juga   muncul di Amerika Serikat yang tergolong tidak mempunyai jejak   peradaban kuno, kecuali wilayah yang semula didiami oleh bangsa Indian   kuno.
Kini,  di Amerika pula ada kelompok studi yang mempelajari  fenomena ini  secara ilmiah, namanya Burke, Levengood, Talbott (BLT)  Research Team.
Mereka mendokumentasikan banyak sekali fenomena crop circles, mewawancarai para saksi mata, dan menganalisisnya dari berbagai segi. Namun, mereka pun belum mempunyai jawaban memuaskan. Crop circles masih misteri hingga kini.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar